Pages

Pages

Pages

Selasa, 26 Maret 2013

penyakit VSD (oncobasidium theobromae)



Pengenalan Penyakit VSD
  • Penyakit Vascular Streak Diaback (VSD) disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae Talbot et Keane.
  • Penyakit telah dikenal di Malaysia Barat sejak tahun 1956. Seterusnya pada tahun 1960 penyakit ditemukan di Papua Nugini, dan pada tahun 1970 di sabah.
  • Di Malaysia penyakit menimbulkan kerugian 10-35% (Chan dan Wazir, 1976), sedang di Papua Nugini 25-40% (Byrne,1976).
  • Shepherd, (1977) mengatakan di Malaysia kerugian hasil karena penyakit VSD diduga mencapai 3-60 persen.
  • Di Indonesia untuk pertama kali ditemukan di Pulau Sebatik, di perbatasan antara Sabah dan Kalimantan Timur, pada tahun 1983.
  • Pada tahun 1984 penyakit ditemukan di Maluku dan Sulawesi Tenggara
  • Pada tahun1985 mendadak VSD ditemukan di Perkebunan Bunisari-Lendra. Garut, Jawa Barat. Setelah dilakukan pengamatan dengan teliti diketahui bahwa VSD juga sudah terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
  • Menurut Pawirosoemardjo dan Purwantara (1992) VSD telah ditemukan di Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Kal Timur, Sulawesi Utara dan Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya.
Gejala serangan VSD
  • Ada kelihatan daun menguning atau telah mengering disela-sela daun yang masih segar.
  • Ada ranting yang tidak berdaun ditengah (ompong)
  • Tangkai daun kelihatan berwarna coklat karena mati jaringan.Kadang-kadang (bila disayat) kelihatan jelas 3 noktah coklat kehitaman.
  • Pada ranting bekas melekatnya tangkai daun kelihatan ada 3 noktah (titik) berwarna coklat kehitaman.
  • Jaringan pada noktah ini adalah tempat masuknya jamur dari daun ke ranting.
  • Gejala terlihatnya 3 noktah pada bekas duduk tangkai daun.
  • Gejala ini mudah dilihat bila bekas duduk tangkai daun disayat dengan pisau.
  • Bila ranting dibelah kelihatan jaringan kayu berwarna coklat kehitaman (strike).
  • Dapat dilihat batas serangan pada kayu. Serangan biasanya ditengah ranting bukan diujungnya. Serangan dimulai dari kayu, air tidak lancar ke daun dan ranting mati.
  • Bedakan dengan antraknos. Pada antraknos serangan pada ujung ranting dan dimulai dari kulit kemudian ke kayu.
  • Bila kulit kayu dikelupas dapat dilihat jamur masuk dari tempat bekas duduk tangkai daun.
  • Pengendalian dengan fungisida kimia dan ZPT produk Sygenta (Merk dagang : Amistratop;).
  • Di tengah ranting yang terserang daunnya ompong (gugur bukan karena sudah tua).
  • Sebelum gugur, daun menguning seperti kurang kalsium.
  • Daun pada pangkal dan ujung ranting masih hijau segar.
  • Gejala daun menguning dan ranting ompong.
  • Gejala daun menguning seperti kekurangan kalsium.
  • Daun yang telah menguning segera gugur ke tanah.
Klon terserang VSD
  • Klon yang terserang meliputi jenis TSH, RCL dan jenis lain.
  • Petani dan petugas pemandu kakao yang berpengalaman dalam VSD di Sulawesi.
  • Klon RCL yang terserang.
  • Petani dan petugas peninjau.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
  • Penyakit terutama berkembang di daerah yang basah. Bukan hanya ditentukan curah hujan, tetapi juga pembagiannya. Jika jumlah malam basah lebih dari 50% dalam satu bulan, dapat diperkirakan bahwa tiga sampai lima bulan kemudian penyakit akan tampak meningkat (Prior, 1977). Hal ini disebabkan karena untuk pembentukan basidiospora tubuh buah jamur harus basah diwaktu malam.
  • Adanya hujan malam, yang diikuti dengan embun, akan membantu penyebaran penyakit.
  • Spora jamur yang mempunyai dinding tipis itu mudah mati karena sinar ultra violet pada siang hari.
Penyebaran penyakit
  • 0. theobromae membentuk basidiospora yang hanya dilepaskan pada waktu malam, dan disebarkan oleh angin. Oleh karena itu jamur tidak dapat tersebar jauh, karena kelembapan tinggi pada umumnya hanya terjadi bila udara tenang.
  • Chan dan Wasir (1976) memperkirakan bahwa spora tidak akan tersebar lebih dari 200 m.
  • Infeksi hanya dapat terjadi pada daun muda yang belum mengeras. Spora berkecambah dan jamur mengadakan penetrasi melalui epidermis, mesofil, ke dalam tulang daun.
Penyebaran penyakit melalui bahan tanaman
  • Mengingat jamur penyebab penyakit ini terdapat dalam berkas pembuluh, diperkirakan bahwa jamur mudah terbawa dalam bahan tanaman, seperti setek dan mata okulasi. Namun bukti mengenai hal ini belum terdapat.
  • Chan dan Wazir,(1976) mengatakan bahwa setek yang diambil dari ranting sakit ternyata tidak dapat tumbuh
  • Meskipun dapat masuk ke plasenta, namun tidak terdapat bukti bahwa jamur menginfeksi biji. Biji-biji yang diambil dari pohon yang sakit dapat tumbuh seperti biasa dan tidak berkembang menjadi tanaman sakit (Chan dan Wazir,1976).
Asal penyebab penyakit
  • VSD tidak terdapat di daerah asal kakao (Amerika Tropika) dan hanya terdapat di Asia Tenggara dan Kepulauan Melanesia.
  • Disimpulkan 0. theobromae berasal dari tumbuhan pribumi dalam flora Asia Tenggara, dan dari sini jamur menyesuaikan diri pada kakao (eksotik).
  • Sampai sekarang belum diketahui tanaman lain/tanaman pribumi yang dapat menjadi inang bagi jamur ini.
Ketahanan tanaman
  • Dari pengamatan di Indonesia diketahui VSD lebih banyak terdapat pada kakao lindak (bulk, Criollo), dan kurang terdapat pada kakao mulia (edel, Trinitario).
  • Klon DR 1 lebih tahan ketimbang DR 2 dan DR 38.
  • Kelihatan type Amelonado lebih rentan dari pada kakao Upper Amazon dan Trinitario (Keane dan Prior, 1992).
Intensitas serangan
  • Intensitas serangan ditentukan berdasarkan persentase ranting sakit dan kerusakan pada xilem.
  • Ringan : Jumlah ranting sakit <10 persen dan jamur menyerang hanya sampai pada cabang tersier
  • Sedang : Jumlah ranting sakit 10-30 persen dan jamur menyerang sampai pada cabang sekunder.
  • Berat : Jumlah ranting sakit >30 persen dan jamur menyerang sampai pada cabang primer atau batang pokok.
Pengendalian VSD
Cara-cara pengendalian penyakit yang dianjurkan dewasa ini terutama adalah penanaman kultivar yang mempunyai ketahanan cukup, pemangkasan dan pemupukan ekstra.
1. Pangkasan Sanitasi
  • Pangkasan sanitasi dilakukan dengan cara memotong ranting sakit sampai batas garis cokelat pada xylem ditambah 30 cm.
  • Pengendalian penyakit VSD di daerah basah (tipe curah hujan B di Sumatera Utara, Jawa Barat) dengan pangkasan sanitasi 2 minggu sekali dan di daerah kering (tipe curah hujan D di Jawa Timur) dengan pangkasan 1-3 bulan sekali ternyata efektif. (Pawirosoemardjo & Purwantara, 1987).
  • Tujuan pemangkasan adalah untuk menghilangkan ranting atau cabang sakit yang mengandung jamur (sanitasi) dan untuk mengurangi kelembapan kebun.
  • Cara pemangkasan: ranting atau cabang dipotong 30 cm dibawah pangkal garis cokelat yang tampak dalam kayu. Luka bekas pangkasan dioles dengan ter atau TB 192 atau Calixin RM.
  • Dalam keadaan yang parah usaha sanitasi ini cukup mahal dan sering menyebabkan tanaman sangat menderita.
  • Bahan-bahan pangkasan sebaiknya dibakar, ada juga yang mengatakan tidak perlu dibakar atau diangkut dari kebun, karena jamur tidak dapat berkembang dan membentuk tubuh buah pada ranting yang sudah dipotong.
2. Penanaman klon toleran
  • Kultivar kakao mulia (Criollo) yang banyak ditanam di Jawa dewasa ini ( DR 1, DR 2, DR 38, DRC 13, dan DRC 16), semuanya termasuk Trinitario yang mempunyai ketahanan yang cukup.
  • Sedangkan kakao lindak (Trinitario) yang dianjurkan antara lain adalah ICS 60 x Sca 6; DR 2 x Sca 12; Sca 12 x ICS 60; ICS 60 x Sca 12; DR 1 x Sca 6; DR 1 x Sca 12; dan Sca 6 x ICS 6. (Soemangun, 2000)
  • Untuk penanaman baru dianjurkan menanam hibrida/klon yang toleran misalnya DR 1 x Sca 6; DR 1 x Sca 12; ICS 60 x Sca 6; Sca 12 x ICS 60; Sca 6 x ICS 6; klon DRC 15. (Sulistiowaty, 2006).
3. Pemupukan diatas dosis normal
Menjaga kesehatan tanaman dengan cara pemberian pupuk yang seimbang harus tetap dilaksanakan. Pada tanaman yang terserang pemberian pupuk terutama Kalium dapat diberikan diatas dosis yakni 1,5 kali dosis normal. Kalium dapat meningkatkan kekerasan sel dan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit.
4.Penanaman Tanaman tahan VSD
  • Pada pengujian ketahanan di Papua Nugini (Prior, 1977) diketahui kultivar-kultivar Trinitario lebih tahan terhadap VSD. Diduga kuat bahwa ketahanan ini bersifat horizontal, dikendalikan oleh banyak gen, sehingga stabil.
  • Klon-klon yang pada pertengahan tahun 1960-an terbukti tahan, sampai sekarang belum tampak mundur ketahanannya (Keane dan Prior, 1992).
  • Pada pengujian di Malaysia, Chan dan Wazir (1976) menyatakan bahwa kultivar-kultivar Upper Amazon dan Trinitario lebih tahan daripada Amelonado dengan hibrida-hibridanya. Hal ini disebabkan Upper Amazon dan Trinitario lebih kuat pertumbuhannya, sehingga mampu membentuk ranting-ranting baru untuk mengganti yang mati karena penyakit.
5. Penyemprotan dengan Fungisida dan ZPT kimia
  • Fungisida kimia dan ZPT yaitu berbahan.aktif Azoksistrobin 200 gl dan Difenokonazol 125 g/l.
6. Pengendalian hayati
  • Dapat dilakukan dengan menyemprotkan suspensi jamur antagonis Trichoderma sp dan Pseudomonas Florescent (PF) dapat menekan serangan penyakit. (perlu pengujian lapangan lebih lanjut)
7. Pembibitan
  • Dianjurkan agar pembibitan dibuat jauh dari kebun yang berpenyakit agar pembibitan menghasilkan bibit yang sehat. Jangan menaruh bibit di bawah pohon kakao yang berpenyakit.  




 cintaabdoel@gmail.com



Deteksi Penyakit VSD di Kalimantan Barat






penyakit VSD
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang berperan penting di Indonesia. Data tahun 2007, luas komoditas kakao Indonesia luas 1.461.889 hektar, dengan jumlah pekebun kakao sebanyak 1.400.636 KK dan produksi mencapai 779.186 ton (No 2 di dunia setelah Pantai Gading) jelas memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia baik sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja petani, mendorong agribisnis dan agroindustri, penyangga kelestarian lingkungan hidup dan pengembangan wilayah (Hendradjat, 2008).

Meski berpotensi besar, produktivitas kakao di Indonesia masih terbentur oleh berbagai macam kendala antara lain umur tanaman yang sudah relatif tua, kurangnya pemeliharaan petani dan adanya gangguan dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang menyerang tanaman kakao. Ada banyak jenis OPT yang menyerang kakao, tetapi tiga terpenting di Indonesia adalah Hama Penggerek Buah Kakao (PBK), Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) dan penyakit Busuk buah.
Vascular Streak Dieback (VSD) merupakan penyakit yang paling ditakuti petani kakao. Penyakit ini diakibatkan oleh infeksi jamur Oncobasidium theobromae dan merupakan penyakit penting tanaman kakao saat ini, yang dapat menyerang tanaman mulai dari bibit hingga tanaman dewasa. Tanaman yang terserang VSD akan meranggas dan kemudian mati secara perlahan. Di Sulawesi, ratusan hektar kakao gagal panen akibat penyakit ini. Ironisnya metode pengendalian anjuran oleh Pusat Penelitian seperti fungisida dan sarungisasi ternyata tidak efektif menanggulanginya
Penyakit VSD (Vascular Streak Dieback) merupakan penyakit yang relatif baru, yang menyerang tanaman kakao di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae dan  pertama kali dideteksi keberadaannya pada tahun 1983 di pulau Sebatik, Kalimantan Timur. Penyakit VSD ini menyerang berbagai tanaman kakao mulai dari bibit hingga tanaman dewasa. Serangan berat VSD ini dapat mengakibatkan kematian tanaman. Data di Direktorat Perlindungan Perkebunan Ditjen Perkebunan menyebutkan bahwa hingga tahun 2007 lalu penyakit VSD ini diperkirakan telah mencapai sekitar 98 ribu hektar yang tersebar di tujuh propinsi. Kerugian yang diakibatkan penyakit ini diperkirakan mencapai sekitar Rp. 136,5 milyar (Media Perkebunan Edisi 70,  2009).
Untuk menekan kehilangan hasil akibat serangan OPT tersebut, perlu tindakan dengan komponen pengendalian terpadu yang sudah tersedia. Tindakan pengendalian yang dilakukan akan berhasil baik dan efektif apabila didukung oleh data hasil pemantauan perkembangan OPT tersebut di lapangan. Efektivitas dan efisiensi suatu tehnik pengendalian ditentukan antara lain oleh ketepatan saat pengendalian. Untuk menentukan saat yang tepat dalam pengendalian PBK, diperlukan data pengamatan tingkat serangan OPT tersebut di lapangan.
Kegiatan pengamatan sangat penting artinya dalam pelaksanaan PHT, karena merupakan salah satu tahapan dalam kegiatan perlindungan tanaman perkebunan. Kegiatan ini meliputi pengumpulan informasi tentang populasi, tingkat serangan OPT perkebunan, keadaan pertanaman dan faktor-faktor abiotik dan biotik yang mempengaruhi perkembangan OPT tersebut. Namun demikian, kegiatan pengamatan OPT saat ini masih terkendala oleh banyak faktor antara lain SDM yang terbatas, luasnya areal pengamatan, banyaknya jenis OPT dan komoditas yang diamati serta metode pengamatan yang cukup rumit.
Salah satu pengembangan sistem pengamatan ditingkat wilayah adalah surveilen. Surveilen yaitu proses untuk mengumpulkan dan mencatat data tentang terjadinya atau keberadaan suatu OPT melalui survei, monitoring atau bentuk lain. Kelebihan metode ini adalah mengetahui secara cepat keberadaan serangan OPT dan persentase jumlah/areal terserang.

Deteksi Penyakit VSD di Kalimantan Barat
Informasi keberadaan Penyakit VSD di Kalimantan Barat sangat sedikit, padahal penyakit ini termasuk penyakit yang berbahaya. Oleh karena itu sangat perlu dikembangkan kegiatan di Provinsi Kalimantan Barat untuk mendeteksi Penyakit VSD pada tanaman kakao di Provinsi Kalimantan Barat.
Pada bulan Desember 2010, BPTP Pontianak menerima sampel ranting dan daun kakao yang memiliki gejala visual mirip dengan gejala penyakit VSD dari petugas lapangan di Kabupaten Sanggau. Sampel tersebut kemudian diidentifkasi lebih lanjut dan dugaan sementara mengindikasikan penyakit VSD menginfeksi sampel kakao.
Pada tahun 2011, seiring dengan kegiatan Gernas Kakao di Provinsi Kalimantan Barat, BPTP Pontianak melakukan kegiatan Survei deteksi Penyakit VSD di beberapa kabupaten di Kalimantan Barat.
Hasil sementara kegiatan tersebut adalah ada beberapa lokasi kebun kakao yang diamati ditemukan gejala penyakit VSD antara lain di kecamatan Toho (Kabupaten Pontianak), Sengah Temila (Landak), Sekayam (Sanggau), Sui Raya Kepulauan (Bengkayang) (tabel). Gejala VSD menyerang ada pada pembibitan, TM  maupun TBM.
Tabel Data Pengamatan Penyakit VSD di beberapa UPPT di Kalimantan Barat 

penyakit VSD 

penyakit VSD
penyakit VSD 





















penyakit VSD









Kesimpulan
Penyakit VSD diduga sudah menyerang di beberapa lokasi kebun kakao di Kalimantan Barat. Untuk itu, antisipasi dini harus segera dilakukan oleh semua stakeholder perkebunan di semua lini agar penyakit VSD bisa dikendalikan dan tidak menyebar ke daerah-daerah lain, antara lain melalui sosialisasi ke pekebun kakao mengenai penyakit VSD dan pengendaliannya, pengamatan penyakit secara intensif di lapangan dan upaya pencarian paket teknologi pengendalian spesifik lokasi yang cocok diterapkan di Kalimantan Barat. 
cintaabdoel@gmail.com