Perawatan kebun kakao merupakan
kegiatan yang harus dilakukan agar memperoleh produksi biji kakao yang tinggi
dan terus berkelanjutan. Perawatan yang harus diprioritaskan, untuk tujuan
seperti memperbaiki kondisi vegetatif tanaman kakao, meningkatkan produktivitas
dan kesinambungan produksi hingga umur ekonomisnya sekitar 28 tahun dan menjaga
kelestarian tanah dan lingkungannya, adalah pemupukan dan pengendalian hama dan
penyakit.
Perawatan kebun kakao ini terbagi
atas dua fase, yaitu perawatan dalam fase tanaman belum menghasilkan
(TBM) dan fase tanaman menghasilkan (TM).
Perawatan dalam fase TBM adalah
pembersihan gulma secara manual pada piringan tanaman, pemupukan, pemangkasan
penaung tetap dan penaung sementara, pemangkasan bentuk tanaman kakao, dan
pengendaliah hama maupun penyakit.
Pengendalian gulma pada fase TBM
dilakukan pada piringan tanaman kakao atau pada jalur tanaman, dilakukan dengan
menggunakan sabit atau cangkul. Pada fase ini pengendalian gulma secara kimiawi
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kakao karena sebagian herbisidanya dapat
mengenai daun kakao TBM.
Pemangkasan bentuk dilakukan setelah
tanaman membentuk jorket yang dimaksudkan untuk membentuk kerangka percabangan
yang kuat dan seimbang. Dari 4-5 cabang primer yang terbentuk dipilih 3 buah
cabang primer yang masing-masing tersebar merata membentuk sudut 120 derajat,
sedangkan cabang primer lainnya dipangkas. Cabang-cabang sekunder sampai dengan
60 cm dari pusat percabangan dipangkas.
Pemupukan pada fase TBM dilakukan
3-4 kali setahun sesuai dengan dosis anjuran dengan menggunakan pupuk
buatan (anorganik) baik pupuk tunggal maupun majemuk dan dengan pupuk organik
yang berfungsi memperbaiki kondisi tanaman dan memperpendek masa TBM.
Pada fase TM, kegiatan perawatan
yang penting adalah pemangkasan tanaman kakao dan pelindungnya, pemupukan, dan
konservasi tanah, pengendalian hama dan penyakit.
Pemangkasan pada fase TM meliputi
pemangkasan pemeliharaan dan produksi, seperti membuang bagian tanaman yang
tidak dikehendaki, seperti tunas air, cabang sakit, patah, menggantung dan
cabang balik. Hal ini berguna untuk memacu tanaman agar menumbuhkan daun baru
yang potensial sebagai produsen asimilat, menekan resiko terjadinya serangan
hama dan penyakit, menjaga agar tinggi tajuk tanaman terus terkontrol pendek
guna mempermudah panen dan pengendalian hama/penyakit, meningkatkan produksi
buah. pemangkasan pemeliharaan dilakukan 3-4 kali per tahun.
Sedangkan pemangkasan produksi
identik dengan pemangkasan berat yang dilakukan 2 x setahun (bulan
oktober/november dan april)
Pemupukan tanaman kakao sendiri
dibagi dua, yaitu melalui tanah dan daun. Pemberian pupuk organik melalui tanah
dilakukan dengan meletakkan pupuk pada parit (alur) yang dibuat melingkar di
sekeliling pohon dan kemudian ditutup kembali. Penutupan itu sendiri
dimaksudkan untuk mengurangi penguapan pupuk dan erosi. Cara ini terbukti
meningkatkan efisiensinya.
Pemupukan melalui daun hanya
dilakukan sebagai pelengkap agar unsur hara yang diberikan dapat segera
dipergunakan oleh tanaman. Dilakukan apabila telah tampak gejala kekurangan
atau hanya dilakukan pada pemupukan mikro (Cu,Zn,Fe, Mn)
Pemberian pupuk anorganik dilakukan
2 kali setahun, yaitu awal musim hujan (oktober-november) dan akhir musim hujan
(maret-april), dan jika memungkinkan pemupukan dapat dilakukan lebih dari dua
kali setahun (3-4 kali setahun). Makin sering dipupuk, makin tinggi produksinya
meskipun jumlah pupuk yang diberikan dalam setahun tetap sama.
Pupuk orgaik dapat ditaburkan di
sekeliling pohon atau diletakkan pada parit pada salah satu pohon, dengan
kedalaman parit 30 cm dan pupuk tersebut kemudian ditimbun dengan tanah setebal
5 cm. Dosis aplikasi pupuk organik yang baik adalah 25 kg/ha/pohon/tahun.
Untuk pengendalian, yang difokuskan
pada organisme pengganggu tanaman (OPT) meliputi hama, penyakit, dan gulma.
Dalam budidaya tanaman kakao, pencegahan meluasnya serangan OPT melalui
penerapan teknik budidaya yang baik (Good agricultural practices/GAP) sangat
penting, dengan demikian dapat dihindari eksploitasi hama dan penyakit yang
dapat menyebabkan timbulnya kerugian besar. 5 hama utama kakao, yaitu penggerek
buah kakao (PBK)= Conopormorpha cramerella snell, penghisap buah =
Helopeltis spp, ulat kilan = Hyposidra talaca, dan ulat api = Darna trima.
Sedangkan penyakit utama yang sering
menyerang tanaman kakao di Indonesia adalah :
- penyakit busuk buah (phytophtora
palmivora)
- penyakit kangkerer batang
(phytophtora palmivora)
- penyakit VSD (oncobasidium
theobromae)
- penyakit Colletotrichum
(Colletotrichumgloeosporioides)
- penyakit jamur upas (corticium
salmonicolor)
- penyakit akar (JAC: Fomes
lamaoensis, JAP : Fomes Lignosus)
Pengendalian hama dan penyakit
tanaman kakao diutamakan dilakukan melalui sistem pengendalian terpadu, dimana
menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama atau penyakit adalah sebagai
pelengkap dan bukan merupakan komponen pengendalian yang paling utama.perawatan kebun coklat/kakao
Posting Komentar