Penghisap buah kakao (Helopeltis sp.) adalah hama penting bagi usaha budidaya tanaman kakao yang
dapat menimbulkan kerusakan pada beberapa bagian tanaman seperti buah, daun
muda, hingga kuncup buah. Hama yang termasuk ke dalam family miridae dan ordo
hemiptera ini menyerang dengan cara menghisap bagian-bagian tanaman tadi
menggunakan mulutnya. Bekas hisapan pada bagian tanaman tersebut biasanya akan
meninggalkan bekas berupa bercak-bercak hitam. Bercak tersebut timbul akibat
cairan ludah yang dikeluarkan serangga ini ketika akan menghisap. Serangga
penghisap buah ini dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar jika terjadi
infeksi atau menjadi vektor beberapa jamur penyebab penyakit tanaman seperti
jamur Fusarium solani, Aspergilus sp., Glomella cingulata, Botryodiploida
theobromae, dan Penicillium janthinellum.
Siklus hidup
Penghisap buah kakao (Helopeltis sp.) tersebar di beberapa
negara penghasil kakao seperti Malaysia, Indonesia, Afrika Barat, Afrika Timur,
Papua New Guinea, dan Amerika Selatan. Hingga saat ini Helopeltis sp. diketahui
terdiri dari 13 spesies yang 2 spesies diantaranya terdapat di Indonesia. Ke
dua spesies tersebut adalah H. antonii Sign. dan H. theivora Watt.
Imago helopeltis sp dapat diidentifikasi dari beberapa
penampilan fisiknya yang antara lain terdapatnya jarum penusuk pada
mesoskutelumnya, berwarna coklat kehitam-hitaman pada serangga jantan, berwarna
coklat kemerah-merahan pada serangga betina, tungkai berwarna coklat kelabu,
punggung berwarna hijau kelabu, dan panjang tubuhnya 6,5 sd 7,5 mm. Serangga
yang tumbuh optimal pada ketinggian 200 sd 1.400 meter di atas permukaan laut
ini, dapat hidup sampai 50 hari.
Imago betina dapat bertelur sebanyak 235 butir selama 34 hari.
Telur tersebut biasanya diletakan di permukaan buah muda. Telur berbentuk
lonjong berwarna putih dengan panjang sekitar 1 mm.
Telur menetas dan menjadi nimfa setelah 6 sd 8 hari setelah
diletakan. Nimfa yang keluar berbulu halus dan belum memiliki jarum. Nimfa
tersebut akan dewasa setelah mengalami 4 kali ganti kulit dan jaru akan mulai
nampak ketika ganti kulit pertama pada nimfa. Periode nimfa biasanya
berlangsung selama 12 sd 14 hari sebelum kemudian berubah menjadi serangga
dewasa (imago).
Populasi dan serangan hama penghisap buah kakao umumnya
meningkat saat musim hujan karena pada musim hujan intensitas penyinaran
matahari semakin kecil, kelembaban udara semakin tinggi, dan kecepatan angin
semakin rendah. Kondisi seperti ini sangat cocok untuk pertumbuhan dan
perkembangan hama ini.
Pengendalian
Helopeltis dapat dikendalikan dengan berbagai cara seperti
pengendalian hayati, pengendalian kultur teknis, dan pengendalian kimiawi.
1. Pengendalian kultur teknis
Pengendalian kultur teknis merupakan pengendalian yang paling
efektif dalam menurunkan intensitas serangan hama penghisap buah kakao.
Pengendalian dengan cara ini dilakukan dengan menerapkan panen sering untuk
memutus siklus hidupnya pada stadia telur, pemupukan berimbang untuk
meningkatkan sestem kekebalan tanaman, kondomisasi buah kecil menggunakan
plastik, dan pemangkasan teratur untuk membuar agar kondisi kebun tidak disukai
oleh hama ini.
2. Pengendalian hayati
Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan melepaskan beberapa
musuh alami helopeltis seperti belalang sembah, kepik predator, laba-laba, dan
semut hitam. Pelepasan semut hitam merupakan teknik pengendalian hayati yang
paling sering digunakan hingga saat ini. Untuk membuat semut hitam dapat hidup
dengan optimal dikebun perlu dilakukan beberapa cara seperti inokulasi kutu
putih dan pembuatan sarang dari seresah daun pada pecabangan tanaman
(jorquete).
3. Pengendalian kimia
Pengendalian kimia dilakukan dengan aplikasi insektisida
seperti Baytroid 50 EC, Sumithion 50 EC, Lannate 50 EC, Orthene 75 EC, dan
Leboycid 550 EC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar